Wednesday, January 12, 2011

RAHBANIYAH PADA ORANG-ORANG NASHRANI

KISAH TELADAN YANG BURUK:
RAHBANIYAH PADA ORANG-ORANG NASHRANI

PENGANTAR

Ibnu Abbas di dalam hadis yang mauquf padanya menyampaikan kepada kita tentang sebab-sebab munculnya rahbaniyah pada orang-orang Nashrani. Bagaimana para pendeta generasi pertama keluar dari rumah-rumah mereka ke tanah-tanah kosong yang sepi dan puncak-puncak gunung demi menjaga agama mereka di mana kaum mereka hendak mengeluarkan mereka darinya.

Sesudah mereka mendatangi suatu kaum yang tidak mengetahui asal muasal rahbaniyah, mereka mengira bahwa rahbaniyah itu merupakan agama yang Allah syariatkan kepada mereka. Maka orang-orang yang datang belakangan meniru orang-orang sebelum mereka tanpa mengetahui sebab-sebab yang menyeret mereka kepada rahbaniyah. Mereka berlari dari kaumnya karena takut kepada kesyirikan dan kekufuran. Padahal, banyak para pendeta setelah mereka menjadi pendeta, sementara mereka berada di atas kekufuran dan kesyirikan mereka. Hanya saja, sebagian pendeta masih berada di kuil-kuil dan wihara-wihara dengan memegang manhaj generasi pertama mereka sampai sebagian dari mereka beriman kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Mereka menunggu diutusnya beliau berdasarkan ilmu mereka tentang beritanya dalam Taurat dan Injil.



NASH HADIS

Nasa'i meriwayatkan dalam Sunan-nya dari Ibnu Abbas dengan sanad shahih secara mauquf berkata, "Para raja setelah Isa bin Maryam mengganti Taurat dan Injil. Di kalangan mereka terdapat orang-orang mukmin yang membaca Taurat. Dikatakan kepada raja mereka, 'Kami tidak mendapatkan celaan yang lebih keras daripada celaan mereka kepada kami. Mereka membaca, 'Dan barangsiapa tidak berhukum kepada apa yang Allah turunkan, maka mereka adalah orang-orang kafir.' Dan ayat-ayat sepertinya. Di samping mereka mencela kita pada perbuatan kita, mereka juga membacanya. Maka panggillah mereka, perintahkan kepada mereka agar membaca sebagaimana kita membaca, agar beriman seperti kita beriman. Maka dia memanggil mereka, mengumpulkan mereka dan menawarkan pembunuhan kepada mereka jika mereka tidak meninggalkan membaca Taurat dan Injil, kecuali apa yang mereka ganti.

Mereka menjawab, 'Apa yang kalian inginkan dari itu? Biarkan kami.' Sekelompok dari mereka berkata, 'Bangunkan bagi kami, kemudian angkatlah kami ke sana. Berilah kami sesuatu yang dengannya kami mengangkat makanan dan minuman kami dan kami tidak mendatangi kalian.' Kelompok lain berkata, 'Biarkanlah kami pergi bebas di muka bumi. Kami mengembara dan minum seperti binatang liar. Jika kalian menangkap kami di bumi kalian, maka bunuhlah kami.' Kelompok lain berkata, 'Bangunkanlah untuk kami rumah-rumah di tanah yang terpencil. Kami menggali sumur, menanam sayuran dan kami tidak mendatangi kalian, juga tidak melewati kalian.' Dan tidak ada satu kabilah pun kecuali ia mempunyai teman pada mereka."

Ibnu Abbas berkata, "Maka mereka melakukan itu. Lalu Allah menurunkan, 'Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah. Padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi mereka sendiri yang mengada-adakannya untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya." (QS. Al-Hadid: 27)

Yang lain berkata, "Kita beribadah seperti fulan beribadah. Kita mengembara seperti fulan mengembara. Kita berdiam di rumah-rumah ibadah seperti yang dilakukan oleh fulan." Dan mereka berada di atas kesyirikan mereka tanpa mengetahui iman orang-orang yang meneladaninya.

Ketika Allah mengutus Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam, yang tersisa dari mereka hanya sedikit. Seorang laki-laki turun dari biaranya. Pengembara pulang dari pengembaraannya, dan penghuni kuil keluar dari kuilnya. Mereka beriman kepadanya dan membenarkannya. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman (kepada para Rasul), bertaqwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian." (QS. Al- Hadid: 28) Dua pahala karena mereka beriman kepada Isa, Taurat dan Injil, dan mereka beriman kepada Muhammad dan membenarkannya. Firman Allah, "Dan menjadikan untukmu cahaya yang dengannya kamu dapat berjalan." (QS. Al-Hadid: 28). Dan mereka mengikuti Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Firman Allah, "Supaya ahli kitab mengetahui." (QS. Al- Hadid: 29). Mereka meniru kalian, "Bahwa mereka tidak mendapat sedikit pun karunia Allah." (QS. Al-Hadid: 29)



TAKHRIJ HADIS

Hadis ini diriwayatkan oleh Nasa'i dalam Sunan-nya dari Ibnu Abbas secara mauquf kepadanya (8/231). Lihat Shahih Sunan Nasa’i (3/1094, no. 4990).



PENJELASAN HADIS

Allah menyerahkan penjagaan Taurat dan Injil kepada ulama Bani Israil, "Oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah." (QS. Al- Maidah: 44). Lalu mereka menyelewengkannya. Bisa jadi karena menuruti hawa nafsu atau permintaan penguasa, bisa jadi dengan izin mereka atau karena ancaman siksa dan adzab dari para penguasa. Dan Al-Qur'an terjaga dari penyelewengan karena Allah sendiri yang menjaga-Nya. "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya." (QS. Al-Hijr: 9)

Penyimpangan ini terjadi setelah Isa diangkat. Pada masa Isa masih hidup, Taurat dan Injil masih selamat dari penyimpangan. Penyimpangan ini tidak terjadi pada semua kitab Taurat dan Injil. Sebagian pendeta dan ulama mereka masih ada yang memegang Taurat dan Injil yang murni seperti pada hari ia diturunkan. Sebagian Bani Israil mengetahui kitab yang benar dan membacanya dengan menjauhi Taurat dan Injil yang telah diselewengkan.

Membaca Taurat dan Injil yang benar dari orang-orang yang teguh memegang agama akan menyakiti orangorang yang menyelewengkannya. Taurat yang benar yang selamat dari penyimpangan mewajibkan kepada para pengikutnya untuk berhukum kepada apa yang diturunkan oleh Allah di dalamnya dan menghukum orang-orang yang tidak berhukum kepadanya dengan kekufuran dan kedzaliman. Tentang hal ini Allah berfirman, "Sesungguhnya kami telah menurunkan Kitab Taurat. Di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh Nabi-Nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (QS. Al-Maidah: 44)

Dan menghukum orang-orang yang tidak berhukum kepada Injil dengan kefasikan. "Dan hendaklah orangorang pengikut Injil memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Maidah: 47)

Dalil-dalil dari Taurat dan Injil ini menyakiti orang-orang yang menyelewengkan Taurat dan Injil, karena ia mencirikan mereka dengan kekufuran, kedzaliman, dan kefasikan. Ditambah lagi, dalil-dalil itu mencela banyak perbuatan yang mereka lakukan. Maka, para penyeleweng ini meminta kepada penguasa untuk memaksa orang-orang yang teguh agar membaca Taurat dan Injil yang telah diselewengkan dan agar mereka memegang iman yang menyimpang seperti mereka.

Raja mengumpulkan mereka dan mengancam membunuh mereka jika mereka tidak membuang kebenaran yang mereka pegang yang menyelisihi agama raja dan orangorang sesat dari kaumnya. Maka mereka meresponnya dengan berbagai respon yang membuat mereka selamat dari pembunuhan tanpa membuang kebenaran yang mereka yakini. Sebagian dari mereka memilih tinggal di kuil-kuil atau biara-biara di puncak gunung, makanan dan minuman diantar kepada mereka, dan mereka tidak bergaul dengan orang-orang. Sebagian ada yang memilih berkeliling bumi mengembara di bumi Allah yang luas, seperti binatang liar yang minum dari sumur dan mata air dan makan dari buah-buahan yang mereka dapatkan. Kelompok ketiga memilih membangun rumah-rumah di tanah terpencil. Mereka hidup di sana, menggali sumur, makan sayuran. Mereka tidak mendatangi dan bergaul dengan mereka.

Kaum mereka menyetujui permintaan mereka. Di antara mereka terdapat hubungan pertemanan dan kekerabatan yang membuat mereka menyetujui permintaan mereka dan tidak membunuh mereka.

Inilah asal-usul rahbaniyah yang diada-adakan oleh orang-orang Nashrani. Akan tetapi, mereka mengadaadakannya untuk mewujudkan apa yang dijelaskan oleh Ibnu Abbas. Lalu datanglah setelah generasi pertama ini orang-orang yang tidak mengetahui sebab yang menjadikan pendahulu mereka hidup menyendiri di puncak-puncak gunung, mengembara di muka bumi seperti binatang liar, atau tinggal di tempat-tempat sepi lagi terpencil. Mereka menyangka bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah ajaran agama yang mengandung kebaikan, maka mereka mencontoh dan meneladani mereka. Mereka berkata, "Kami beribadah seperti pendeta fulan beribadah. Kami mengembara seperti fulan." Mereka melakukan itu sementara mereka memegang kesyirikan dan kekufuran mereka. Padahal generasi pertama melakukan itu untuk menghindari kekufuran.

Pada saat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam diutus, yang tersisa dari ahli kitab yang berpegang kepada kebenaran hanyalah sedikit. Di antara mereka ada tiga orang yang bertemu dengan Salman Al-Farisi. Orang-orang mukmin yang masih tersisa itu datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam setelah beliau diutus. Mereka keluar dari biara-biara mereka, kuil-kuil mereka, dan pulang dari pengembaraan mereka. Mereka beriman kepada beliau. Maka Allah menulis dua pahala untuk mereka, pahala karena mengikuti Isa dan pahala mengikuti Muhammad penutup para Nabi dan Rasul. "Hai orangorang yang beriman (kepada para Rasul), bertaqwalah kepada Allah dan beriman kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya, yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Kami terangkan yang demikian itu) supaya ahli kitab mengetahui bahwa mereka tiada mendapat sedikit pun akan karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwasanya karunia itu adalah di tangan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." (QS. Al-Hadid: 28-29)



PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
  1. Penjelasan tentang sebab yang membuat orang-orang Nashrani generasi awal menjalani hidup rahbaniyah dan mengucilkan diri mereka dari masyarakat. Tujuan mereka adalah berlari dengan agama mereka, menjaga keyakinan mereka. Bukan tujuan mereka untuk memutuskan hubungan sama sekali dari hidup dan kenikmatannya.
  2. Penjelasan tentang besarnya kebencian pengikut kebatilan terhadap pengikut kebenaran dan kedzaliman mereka yang memuncak jika kekuasaan di tangan mereka.
  3. Penyelewengan Bani Israil terhadap Taurat dan Injil, dengan tetap adanya sebagian orang-orang Nashrani yang berpijak kepada kebenaran sampai saat diutusnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam.
  4. Ada kaum yang mengambil hidup ala rahbaniyah di kuil-kuil dan gunung-gunung tanpa mengetahui sebab yang menjadikan generasi pertama mereka melakukan itu. Menurut mereka, bahwa orang-orang yang melakukan itu adalah untuk berkonsentrasi beribadah.

Sumber: Kisah-Kisah Shahih dalam Al-Qur'an dan Sunnah,
Bahagian Ke-5: Kisah Keteladanan yang Buruk,
Kisah ke-56

0 comments:

Post a Comment